26 Agustus
Sidongayah NEWS -- Bagi orang Tibet, ” NAMA ” punya makna yg dalam dan diyakini
memiliki daya utk memecahkan masalah. Tapi bagi Shakespeare nama ya nama
saja………..what’s in a name ?.Wajarlah jika disana, di-Tibet, utk mendalami arti sebuah nama dibutuhkan pengetahuan dan ilmu yg dikenal dg Ilmu Perhitungan Mahakalashakti.
Salah seorang lulusan University of Metaphysics International, California, USA, kelahiran Jakarta Sep 1971, Arkand Boedhana Zesharprajna adalah salah satu orang Indonesia yg mendalami ilmu tsb.
Dia yakin dg mengaitkan sebuah nama dan waktu berbagai persoalan dapat dipecahkan, termasuk masalah yg dihadapi oleh suatu bangsa. Katanya berdasarkan ilmu yg digelutinya nama Indonesia mengandung potensi masalah. Masih katanya dia, persoalan mendasar dari bangsa ini adalah krn kesalahan nama Indonesia.
Nama itu pemberian dari James Richardson Longan orang Scotlandia sarjana hukum lulusan Universitas Edinburg sekitar th 1800-an. saat itu ada 2 pilihan utk nama kepulauan ini, yaitu Indunesia dan Melayunesia. Longan memilih Indunesia dg mengganti huruf U dg huruf O menjadi INDONESIA.
Seingat gue dulu Indonesia berasal dr bhs Yunani, Endosnesos yg artinya negara dg banyak pulau. Bener gak sih ?
Kesalahan pilih nama ini berpengaruh pd perilaku dan moral person-person di-bumi kepulauan ini, kurang memberikan semangat heroik dan rasa memiliki. Wajar saja krn nama itu diambil dr bhs asing yg tidak didptkan disini.
Dalam Mahakalashakti yg dia buat, angka kelahiran negara ini sebenarnya sdh bagus. Yg disayangkan adalah nama pemberiannya saja yg kurang tepat.
Jadilah keadaan negara kita spt sekarang ini, perilaku munafik, korupsi dan keadaan yg belum mengarah pd perbaikan. Masih katanya Arkand BZ.
Namun dia menyadari itu hanya sebuah pandangan darinya dan diapun mengaku tdk akan memaksakan pd negara ini utk mengubah nama. Tugasnya hanya memberitahukan bahwa ada yg tdk cocok dg penamaan negara kita.
Memang nama negara ini perlu diganti dg nama baru yg lbh mendekatkan kita pd negara ini. Atmosfer yg lbh membangkitkan mental dan perilaku rakyatnya. Itulah kenapa negara2 didunia pun tdk sungkan2 utk mengubah nama spt Burma menjadi Myanmar, Thailand pun mengubah namanya.
Tapi utk mengganti nama, kita perlu memikirkan biaya2 yg hrs dikeluarkan utk perubahan tsb. Bayangkan , papan2 nama yg ada disetiap daerah, stempel kertas surat dll. Belum lagi utk keperluan lain yg lbh besar. Semuanya mengandung risiko. Ini kan suatu pilihan utk menuju negara yg lbh baik.
Didunia tinggal dua negara yg masih memakai nama dari penjajah, yaitu Indonesia dan Philipina. Nama Philipina diambil dr nama Raja Spanyol yaitu Raja Philip.
Secara fisik kita memang sdh merdeka namun nama yg masih kita pertahankan tetap membuat kita dijajah secara mental. Mental kita masih dipengaruhi masa lalu.
Yg jelas nama Indonesia bukan kita yg buat. Orang lain yg buat.
Yg rada aneh nanti kalo pas tgl 17 Agustus, kita akan menyanyikan lagu kebangsaan yg baru ………bayangin deh sendiri.
Ketajaman indra keenam bukan dtg dg sendirinya. Dibutuhkan proses panjang utk mengasah dan mengolahnya agar bisa dipergunakan utk diri sendiri maupun org lain. Itu lah yg dilakoni oleh Arkand BZ metaphysics Science Consultant.[adm]
terima kasih atas info yang anda berikan.. sangat bermanfaat :)
BalasHapus