20 September
SAD Indonesia atau sekarang dikenal sebagai Deportivo Indonesia adalah salah satu program pembinaan usia dini PSSI era Nurdin Halid secara instan dengan mengirimkan puluhan pemain hasil seleksi didikan dalam negeri (Liga Pendidikan Indonesia) ataupun pemain rekomendasi dari talent scout untuk belajar sepakbola di negeri dua kali juara Piala Dunia, Uruguay, selama 4 tahun. Program ini dimulai pada tahun 2008 dan selesai pada tahun 2012 dengan keterangan akan diperpanjang jika program ini berhasil.Dari sekian banyak era timnas indonesia, mungkin menurut saya, yang paling berpotensial dan melahirkan bintang sepakbola indonesia dari program binaan di luar negeri hanyalah PSSI primavera dan baretti saja.
Meskipun di era primavera indonesia hanya selalu menjadi runner up Aff cup atau sama tidak pernah menjadi juara, tapi sudah banyak generasinya yang menjadi bintang dan bermain bola dengan baik. Sebut saja, kurniawan dwi julianto, yeyen tumena, kurnia sandy, bima sakti, indriyanto nugroho, dan masih banyak pemain hebat lainnya jebolan primavera.
Tapi coba kita bandingkan dengan jebolan-jebolan SAD Uruguay yang sudah berlatih bertahun-tahun, tidak ada satupun pemain jebolan SAD yang menjadi bintang atau bermain bola dengan baik, contohnya saja syamsir alam, meski sekarang bermain untuk club dc united, tapi justru hanya menjadi cadangan saja di sana, dan bermain buruk tanpa ada kontribusi di timnas. Di samping itu, ada juga alvin tuasalamony, yang katanya sempat di incar benfica, toh kenyataannya tidak betul kabar yang tersiar, dan mainnya pun biasa-biasa saja.
Hingga sekarang, SAD tetap di jalankan, dan beberapa pemain SAD di ikut sertakan membela timnas di aff cup u19, nama-nama pemain SAD saat ini seperti maldini, dahnan javier, malah tidak bermain cukup baik di 2 laga aff cup u19, meskipun mereka bermain menunjukkan skill individu dan akselerasi, namun, hanya sejauh berlari dan menggocek saja, crossing dan efektifitas tidak ada sama sekali, malah bermain untuk kecapean saja.
SAD sebuah produk kegagalan, yang terus di lanjutkan hingga ssekarang, buang-buang uang saja ke uruguay, tanpa satupun gelar yang di dapat, atau permainan indah ala amerika latin.
Kenapa pssi harus membuat program di Uruguay? Kenapa bukan di Brazil yang terkenal lebih banyak bakat-bakat sepakbola disana, atau Spanyol yang terkenal dengan pembibitan pemain yang baik, atau setidaknya menyekolahkan beberapa anak Indonesia di la massia atau sekolah sepakbola di Amsterdam.
Ini mungkin bedanya kalau orang-orang pssi yang tidak mengerti perkembangan sepakbola sama sekali, atau bahkan tidak tahu menahu tentang sepakbola,dengan orang seperti mantan ketua pssi era primavera Iswadi Idris, yang merupakan mantan punggawa timnas.
SAD harus di bubarkan saja, dan lebih baik di bina sama jacksen F. Tiago yang berhasil menemukan bakat-bakat muda lokal persipura jayapura. Ketimbang jauh-jauh ke negeri orang untuk hasil mengecewakan.
Apakabar Alumni SAD Indonesia ?
Sekarang langsung ke inti topik, mungkin agan-agan yang membaca tulisan ini bisa membantu saya mencari jejak-jejak alumni SAD generasi pertama (2008-12) yang mulai hilang dan sulit mencari informasi yang valid karena konflik PSSI tahun 2011 lalu atau mungkin karena pemain-pemain ini tidak cukup terkenal sehinga jarang muncul di media. Tahukah anda semua kemanakah pemain-pemain ini?
1. Reffa Money, tahun 2011 dikabarkan hijrah ke Persis Solo bersama alumni SAD yang lain. Pemain ini dulu pernah dianggap sebagai palang pintu masa depan timnas dan pernah training di CA Penarol U-19. Kemanakah sekarang dia?
2. Tri Windhu Anggono. Mantan Kiper Terbaik Liga U-19 Uruguay ini satu nasib dengan Reffa, hijrah ke Persis Solo lalu sekarang menghilang. Kemanakah sekarang dia?
3. Hasogi Candra Suseno. Pemain yang kemarin sempat dipanggil untuk seleksi Timnas U-19 dan tidak memenuhi panggilan ini sempat disebut sebut bakal menjadi "Puyol-nya Indonesia" .Pemain berharga andalan SAD dan sempat memperkuat AC Milan Indonesia dan dipulangkan gara gara masalah yang timbul di PSSI,kemanakah sekarang dia?
4. Feri Firmansyah. KATANYA “Andrea Pirlo-nya Indonesia”, pernah training di klub kenamaan Amerika Latin, Universidad de Chile awal tahun 2012. Kemanakah sekarang dia?
5. Alan Martha, terakhir dicoret oleh SAD tahun 2011 karena alasan tinggi badan. Duet sehati Syamsir Alam. dan terombang ambing di klub IPL seperti Jakarta FC dan Persepar Palangkaraya. Info terakhir ada di Persepam MU. Kemanakah sekarang dia?
6. M. Zainal Haq. Sudah bermain di Penarol sejak 2010 dan sempat bermain baik dan diperpanjang kontrak. Namun, karirnya di Amerika Latin hancur lantaran cedera. Kabar terakhir yang berasal dari twitternya bulan mei lalu, ia berada di Surabaya. Kemanakah sekarang dia?
7. Julian Hotzel. Salah satu pemain blasteran yang di promosikan ke SAD tahun 2010. Sempat heboh karena batal seleksi di Persebaya 1927 karena “dipaksa” bergabung dengan Pelita Jaya FC. Kemanakah sekarang dia?
Kemudian pemain SAD generasi pertama SAD lainnya yaitu, Randy Chandra (Eks Persis Solo 2011-12), Saralim Souwahu (Eks Pro Duta 2010-12), Ferdiansyah (Info terakhir di Persita Tanggerang), Yoewanto Stya Beny (Info Terakhir di Arema Cronous U-21), Rinaldi Gunapradiptha (Super Sub), Novri Setiawan, Achmad Resal Octavian, Aris Wahyu Nugroho, Ismail Marzuki, Imam Agus Faizal, dan David Lionel Paul. Kemanakah sekarang mereka?
Sedikit info, pemain eks SAD yang sudah mulai mapan di klub nya dan terlihat potensinya bahkan sudah bisa menembus timnas adalah pemain-pemain yang justru di eliminasi oleh SAD rentang tahun 2009-12. Yaitu kwartet Pelita Bandung Raya, Rizky Pellu, Dolly R. Gultom, Mokhammad Syaifudin (UDC Chile 2012), dan M. Arsyad. M. Abduh Lestaluhu di Persija Jakarta, Sedek Sanaky (Jakarta FC), dan Teja Paku Alam (Sriwijaya FC U-21). Lalu ada Vava Mario Yagalo, pemain SAD generasi pertama yang saat ini masih membela Deportivo Indonesia. Serta pemain-pemain yang harus merintis karir di Indonesia bersama klub medioker seperti Ridwan Awaludin (PS Bangka) dan Taji Prasetyo (Persikad Depok). Bahkan pemain yang TIDAK LULUS SELEKSI SAD pun bisa mentereng sekarang seperti Arthur Irawan (RCD Espanyol , dan Bayu Gatra (Persisam Samarinda)
Sementara itu pemain-pemain yang sempat malang melintang di eropa dan Amerika Latin hanya Alfin Tuassalamony (CS Vise) saja yang sudah bisa dikatakan layak bersaing dengan pemain-pemain kelas dunia. Sementara duo Vise lainnya yang sempat bermain di Penarol yaitu Manahati Lestusen, dan Abdulrahman Lestaluhu masih perlu upaya keras untuk menembus tim utama. Duo eks Vise lainnya yang dua tahun menimba ilmu di Belgia yaitu Yericho Cristiantoko (KATANYA Roberto Carlos-nya Indonesia) dan Yandi Sofyan Munawar bergabung dengan Arema Indonesia awal 2013 kemarin dan tidak juga berhasil menembus tim utama. Yericho malah dipinjamkan ke salah satu klub ISL yang berdomisili di Kaltim.
Syamsir Alam?? Pemain yang sering heboh di media ini yang KATANYA skill nya menyamai C. Ronaldo dan Lionel Messi, sewaktu U-14 pernah Training di Klub Belanda, tahun 2011 direkrut CA Penarol U-19, tahun 2012 bermain untuk klub bakri CS Vise, dan akhir 2012 terbang ke Washington untuk bergabung dengan DC United. Seharusnya dengan pengalaman yang dimilikinya ia bisa bersaing dengan pemain-pemain di DC United. Tapi Kenyataannya? Jawab sendiri saja.
Ya, saya khwatir SA hanya menjadi alat pencitraan media dari salah satu konglomerat negeri ini dan kepindahannya ke klub-klub amerika latin, eropa, dan USA hanya “pesanan”. Well, siapa yang tau, mungkin skill nya memang bagus sehingga dilirik klub-klub tersebut namun belum bisa kita terlihat karena berbagai problem internal SA. Kabar terakhir, saya menemukan secercah harapan terhadap alumni SAD ini ketika musim depan memutuskan bergabung dengan Sriwijaya FC. Menurut saya lebih baik bermain di klub ISL/IPL/DU tapi disiplin, konsisten, dan tidak mudah mengeluh layaknya Rizky Pellu dan Abduh Lestaluhu, dibandingkan dengan bermain di klub Top Eropa tapi hanya manis di media saja. Mohon bagi yang tahu bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya pada tulisan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar