Rabu, 24 September 2014

Pelabuhan Sedayulawas Lamongan : Yang Sejahtera Makin Sejahtera, Yang Susah Makin Susah (bag I)

24 September
Masyarakat bawah juga harus di pikirkan


Sidongayah NEWS -- Roda aktifitas Pelabuhan Rakyat Sedayulawas beberapa tahun terakhir yang sempat tidak ada nafas aktivitas, belakangan ini sudah mulai menggeliat kembali, ini dengan adanya beberapa aktivitas masuknya kapal-kapal tag boot atau tongkang yang mulai sandar di Pelabuhan ini, sampai kegiatan pemotongan kapal.

Dan saat ini Pelabuhan rakyat yang dulunya lebih banyak aktivitasnya untuk pelabuhan bongkar kayu dari Kalimantan, setelah vakum beberapa tahun, mulai aktif lagi dengan di gunakannya fungsi pelabuhan rakyat ini untuk menampung besi-besi dari bekas kapal-kapal karam sepanjang pesisir dari Surabaya sampai ke barat.
 
Besi-besi tua dan karatan yang di ambil dari kapal-kapal karam di tampung dan di potong di pelabuhan ini. Ada pertanyaan, kenapa besi-besi ini di tampung di pelabuhan rakyat Sedayulawas Lamongan ini.?


Padahal sebenarnya otoritas yang mengerjakan kegiatan ini berasal dari Surabaya. Warga yang peduli akan perkembangan desa sempat mempertanyakan dan mempergunjingkan akan kegiatan di pelabuhan ini. Bagaimana dampak baik buruknya untuk masyarakat dan lingkungan di sekitar pelabuhan.

Penulusaran yang kami dapat menunjukkan bahwa kegiatan ini di kerjakan oleh kekuatan-kekuatan besar baik dari propinsi dan sebagaian pejabat serta orang-orang mantan pengusaha di pelabuhan ini dahulunya.

Sangat di sayangkan apabila kegiatan ini tidak menyentuh atau memanfaatkan sama sekali orang-orang dari warga kalangan bawah sekitar pelabuhan ini alias kuli angkut yang dulu juga ikut menghiasi kesemarakan perputaran roda ekonomi di pelabuhan ini pada saat masih ada bongkar muat kayu dari Kalimantan. Seharusnya pihak-pihak yang saat ini masih menggantungkan asap dapurnya bisa mengepul  dari pelabuhan ini, terutama para orang-orang atas di lingkup pelabuhan memikirkan orang-orang kecil ini juga, jangan hanya memikirkan perutnya sendiri. [bersambung]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar